Jumat, Januari 02, 2009

Selamat Bergabung

Segala Puji bagi Allah yang mempertemukan kita,Saya sangat bersyukur, bisa bersilaturahmi dengan anda melalui media ini, semoga kita selalu menjadi lebih baik, menjadi lebih bersemangat untuk mengejar perbaikan dan kebaikan.Kalau Allah menghendaki kebaikan pada diri seseorang, maka Allah memilihkan ia beberapa orang sahabat, yang sahabat ini mampu berbagi, dengan semangat bersaudara, semangat memberi spirit, semangat memberi solusi, semangat maju bersama, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Mereka laksana dua tangan yang saling membasuh. Semoga media ini menjadi salah satu sarana untuk hal tersebut. aminSaya yakin, kita semua punya berbagai masalah yang berbeda-beda. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bebas dari masalah. Tetapi dengan semangat tersebut di atas, tidak ada yang namanya jalan buntu, karena pada tiap-tiap kesulitan, pasti diapit oleh dua kemudahan, bahkan peluang untuk lebih maju. Mengapa kita belum mendapat kemudahan? Mungkin karena kita kurang silaturahmi.Yaa Allah, jadikan ini sebagai sarana kami untuk bersilaturahmi dengan hamba-hambaMu yang ikhlas, yang memiliki kepedulian dan kemampuan memberi solusi, karena banyak orang yang peduli, belum tentu di beri kemampuan memberi solusi, banyak orang yang mampu memberi solusi, belum tentu diberi hati yang peduli. Maka di media ini, jadikan kami Yaa Allah, orang yang diberi hati untuk peduli dan diberi kemampuan olehMu untuk memberi solusi.Di Syurga, ada kedudukan yang membuat para alim ulama "iri" karena demikian istimewa. Mereka bercahaya. Siapakah mereka? Orang yang saling mencintai karena Allah.

Pendahuluan


Anda pasti mengenal film kartun Doraemon yang sangat digemari anak-anak, bahkan sampai orang dewasa. Konon mantan Menteri Pendidikan juga menyukai film ini. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Doraemon adalah seekor kucing milik dari seorang anak bernama Nobita. Nobita memiliki banyak sekali keinginan, dan tentu saja hal ini menyebabkan ia mempunyai banyak sekali masalah. Beruntung Nobita, Doraemon memiliki kantung ajaib yang bisa mengeluarkan apa saja yang diinginkan Nobita. Pada awalnya Nobita meminta tolong kepada Doraemon untuk hal-hal yang sangat mendesak, tetapi lambat laun Nobita memanfaatkan Doraemon dan kantung ajaibnya, untuk sekedar pamer ke teman-temannya dan memuaskan segala keinginannya. Dan akhir cerita sudah bisa ditebak, Nobita malah mendapatkan masalah baru yang jauh lebih besar.
Kita kadang tidak berbeda jauh dengan Nobita. Banyak keinginan, sehingga menimbulkan banyak sekali masalah, yang kadang-kadang malah menyeret orang lain jadi bermasalah. Sementara itu, kita tidak punya kantung ajaib seperti Doraemon.
Sumber masalah memang dari banyaknya keinginan yang tidak ada habis-habisnya (baca: tidak ada syukurnya). Buku ini akan menjawab, khususnya bagi yang sedang menghadapi masalah, bagaimana jurus sakti menyelesaikan masalah, tanpa menimbulkan masalah baru. Meminjam istilah pegadaian, ”Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Walaupun slogan pegadaian ini sebenarnya lebih cocok untuk sisi kantor pegadaiannya, bukan sisi orang yang menggadaikan; yang tanpa masalah adalah kantor pegadaiannya, orang yang menggadaikan barang, tetap bermasalah. Tapi mohon maaf, ini bukan pegadaian.
Kembali pada judul buku ini, dalam bab-bab selanjutnya, saya akan berbagi dengan para pembaca jurus demi jurus untuk menjawab berbagai masalah yang mungkin sedang anda hadapi. Tidak seajaib kantung Doraemon memang, tapi bila anda berkenan menerapkannya dengan sungguh-sungguh, saya yakin akan menjadi bagian dari solusi, minimal menjadi inspirasi baru untuk menemukan jalan keluar.
Setiap individu menghadapi masalah yang berbeda-beda. Penyebabnya pun sangat beragam. Ada masalah yang timbul karena diri sendiri, mungkin karena kurangnya ke hati-hatian kita, atau karena kita belum mengerti, mungkin juga karena kurangnya pengendalian diri, atau keinginan yang sulit dibendung dan kurangnya kesadaran.
Masalah juga dapat disebabkan karena pengaruh faktor luar, misalnya lingkungan pergaulan, lingkungan kerja, orang tua, guru, pengaruh media, pendidikan atau karena bencana alam. Satu hal yang harus kita sadari adalah apapun penyebabnya, masalah harus kita hadapi, harus kita sikapi sebagai hukum yang pasti berlaku pada setiap individu. Hal terpenting adalah bagaimana sikap kita menghadapi masalah, itulah yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Sikap kita sangat menentukan keberhasilan kita menghadapi masalah.
Dalam setiap Pelatihan (penulis juga seorang trainer), selalu diawali dengan pertanyaan, “adakah diantara Bapak dan Ibu, yang dari lahir tidak punya masalah?” “silahkan tunjuk jari!!”. Dan suasana ruangpun hening, tanda bahwa tak satupun dari mereka yang lepas dari masalah.
Betapa banyak masalah (sebenarnya saya lebih cenderung menggunakan kata: ujian). Ia mendatangi siapapun di dunia ini. Kaya-miskin, besar-kecil, pejabat atau rakyat biasa, petani, pedagang, pegawai, kyai, da'i, jaksa, anggota dewan dan sebagainya. Siapapun kita, pasti pernah mengalami yang namanya ujian kehidupan.
Yang kaya diuji untuk terus mengumpulkan kekayaan tanpa rasa puas. Yang miskin diuji untuk putus asa, merasa diri paling menderita dan kemudian bunuh diri. Yang belum rajin beribadah, diuji untuk selalu malas. Yang sudah rajin beribadah, diuji untuk pamer, riya’, merasa bersih dan ujub (kagum pada diri sendiri). Yang pegawai negeri, digoda untuk mempersulit birokrasi, memungut pungli. Yang Jaksa diuji dengan iming-iming suap yang sangat menggiurkan. Demikian juga anggota dewan.
Saya tidak perlu memberikan contoh satu persatu. Betapa banyak Jaksa, Anggota Dewan, dan Pejabat Bank yang sudah menjadi “pesakitan” karena ujian. Para Kyai dan Ulama-pun tidak lepas dari ujian. Bahkan kadang lebih berat. Konon yang menggoda para Kiyai adalah “jenderalnya syaithan”. Artinya, makin tinggi kualitas iman, biasanya ujian semakin besar. Dalam peribahasa populer, “makin tinggi pohon, makin kencang angin yang menerpa”. Anak-anak Sekolah Dasar, tidak akan diberi ujian setingkat SMA.
Masalah (baca:ujian) memang bisa datang setiap waktu. Para ahli hikmah bahkan mengatakan bahwa ujian adalah sarana yang digunakan Tuhan untuk mengetahui sampai dimana kualitas ruhani kita, sekaligus wujud kasih sayangNya. Ia datang untuk mengungkap siapa diri kita yang sebenarnya. Ia datang sebagai wujud penghormatan kepada diri kita. Penulis sangat bersyukur, di usia seperti sekarang ini, Tuhan telah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa, kekayaan pengalaman dan sampai sekarangpun masih terus diuji. Dalam beberapa peristiwa, penulis sudah membayar sangat mahal akibat beberapa ujian, untuk itu penulis sangat bersemangat untuk merenung, belajar dan berlatih, bagaimana agar kita mampu menghadapi ujian.
Dalam perenungan yang lebih dalam, ternyata ujian hanya mampu dihadapi dengan kesadaran. Kesadaran bahwa dunia ini adalah ujian. Kesadaran bahwa kita dalam perjalanan, dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Orang yang menyadari bahwa dirinya sedang dalam perjalanan, tidak akan terlena dan akan fokus pada tujuan.
Membangun kesadaran yang terus menerus, memang memerlukan latihan dan waktu. Tentang kesadaran, saya akan membahasnya lebih dalam pada pembahasan berikutnya. Yang penting sekarang disadari adalah bahwa anda selalu akan bertemu dengan yang namanya “ujian”. Kesadaran ini akan menuntun anda untuk menghadapi dan mengalahkan ujian.
Sebagian besar orang tidak cukup kuat menghadapi masalah, karena mereka menyangka bahwa kalau kita tidak punya masalah, kita akan bebahagia. Kalau demikian, ini cara pandang yang keliru. Karena di mana ada kehidupan, disitu pasti ada permasalahan. Namun sadarkah kita bahwa di balik setiap masalah terkandung suatu peluang emas dan kesempatan yang luar biasa untuk maju dan sukses? Sadarkah kita bahwa 1 (satu) kesulitan ternyata diapit 2 (dua) kemudahan?
Norman V. Peale membuat kata-kata bijak yang patut kita renungkan. Dalam bukunya “You Can If You Think You Can”, ia mengatakan : “Apabila Tuhan ingin menghadiahkan sesuatu yang berharga, bagaimanakah Ia memberikannya kepada kita? Apakah Ia menyampaikan dalam bentuk kiriman yang indah dalam nampan perak? Tidak! Justru sebaliknya, Tuhan membungkusnya dalam suatu masalah yang pelik, lalu melihat dari jauh, apakah kita sanggup membuka bungkusnya yang ruwet itu dan menemukan isinya yang sangat berharga, bagaikan sebutir mutiara yang mahal harganya yang tersebunyi dalam kulit kerang”.
Sikap kita yang pertama dan utama, apabila kita sedang menghadapi masalah adalah menyadari bahwa masalah adalah sebuah sarana untuk membuat kita lebih dewasa, membuat kita lebih bijaksana, dan lebih mengerti akan kehidupan ini. Masalah juga merupakan karunia dari Tuhan, sebagai sebuah “pekerjaan” dan “tantangan” sebagai wujud kepercayaan Tuhan akan kualitas ruhani kita.
Dalam buku ini, seluruh jurus sudah teruji, karena sudah pernah diaplikasikan dalam berbagai kegiatan training, juga telah diterapkan pada komunitas orang-orang yang berfikir dan bertindak positif atau lebih dikenal dengan sebutan PTAC (Positive Thinking and Action Community), dan tentu saja oleh penulis sendiri.

Jurus-1 Mengubah Paradigma Kita

Paradigma adalah cara pandang. Dalam istilah sehari-hari dapat diartikan sebagai persepsi, asumsi, wawasan, keyakinan dan pikiran. Semua itu terangkum dalam kata Paradigma. Paradigma merupakan milik kita yang terpenting dan paling berharga, tetapi jarang mendapat perhatian. Oleh karena itu, saya mengawali Jurus-1 ini dengan terlebih dahulu mengubah paradigma (cara pandang) kita terhadap masalah. Dengan kata lain, beda paradigma akan menghasilkan penyelesaian masalah yang berbeda pula. Sebagian besar kegagalan kita menyelesaikan masalah, ternyata karena paradigma kita yang keliru dalam memandang suatu masalah, bukan karena ketidak-mampuan kita menyelesaikan masalah.
Steven Covey, penulis buku 8 Habits dan pakar kepemimpinan mengatakan,
“if you want small changes, work of behavior, but if you want quantum-leap changes, work on your paradigm”. Kalau anda menginginkan perubahan yang kecil, garaplah perilaku anda, tetapi bila anda menginginkan perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigma anda.
Hampir sebagian manusia memiliki paradigma yang kurang tepat terhadap masalah. Masalah adalah beban atau masalah adalah sesuatu yang harus dihindari. Ini karena memang manusia memiliki kecenderungan pada hal-hal yang nyaman dan menyenangkan. Tidak sepenuhnya salah, tapi sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya, tidak ada satupun dari manusia di dunia ini yang lepas dari masalah. Itu artinya kita pasti akan selalu berhadapan dengan masalah. Sebagian manusia gagal karena mereka terus berpandangan bahwa masalah adalah beban. Tidak mau sedikit mengubah cara pandangnya, misalnya dengan memandang masalah sebagai wujud kepercayaan Tuhan terhadap diri kita.

Masalah sebagai Wujud Kepercayaan Tuhan terhadap Diri Anda.
Anda mungkin pernah dipercaya oleh atasan anda untuk menyelesaikan masalah yang cukup besar dan rumit? Bagaimana perasaan anda? Kalau memang anda karyawan yang bertanggung jawab, pasti dengan senang hati, anda akan mengerahkan segala kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ini berarti anda masih dipercaya oleh atasan anda. Bahkan mungkin sebagai ujian untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Maka berbahagialah anda yang sedang menghadapi masalah, karena hakekatnya anda sedang dipercaya oleh Tuhan untuk menyelesaikannya. Saya sungguh-sungguh mengatakan ini, karena sudah membuktikan dengan pengalaman nyata.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana kalau atasan anda tidak pernah memberikan suatu “masalah” (baca:tantangan) untuk diselesaikan? Mungkin atasan anda sudah tidak percaya lagi kepada kemampuan anda dan lambat laun anda akan malu, akhirnya mengundurkan diri.
Tetapi kadang-kadang persoalan kehidupan ini sangat rumit, bagaimana sih menyelesaikannya? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ijinkan saya berbagi dengan sebuah cerita yang sangat inspiratif:
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang duduk menyulam sehelai kain dengan posisi yang lebih di atas dari diriku. Aku yang sedang bermain dilantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah2€elesai, kamu akan kupanggil dan duduk di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.
"Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, "Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata, "Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, apa yang Engkau lakukan?" Ia menjawab: "Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah, "Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?
"Kemudian Tuhan menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu ini. Suatu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di “pangkuan”Ku, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.
"Subhanallah...
Beruntunglah orang-orang yang mampu menjaring ayat indah dari keruwetan hidup di dunia ini. Semoga Tuhan berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian-kejadian dalam perjalanan hidupnya, seruwet apapun itu. Amin.
Para pembaca yang budiman, anda lihat, betapa dengan cara pandang yang berbeda (dari atas), kita bisa melihat sisi positif dari setiap masalah? Saya tidak tahu perasaan anda, tetapi saya sendiri selalu menitikkan air mata setiap membaca cerita tersebut di atas.

Beberapa Paradigma Lama yang harus Diubah
Beberapa contoh berikut ini adalah paradigma lama tentang masalah, yang kemudian di sebelah kanan telah diubah menjadi paradigma baru:


Paradigma Lama
Masalah sebagai beban kehidupan
Masalah harus dihindari
Saya-lah manusia paling berat masalahnya
Saya sering menemukan jalan yang terlihat buntu dan gagal menyelesaikan masalah
Sepertinya saya tidak akan mampu menghadapi masalah ini
Penyelesaian masalah sangat bergantung pada faktor luar
Jalan keluarnya dari mana, saya sudah putus asa

Paradigma Baru
Masalah sebagai wujud kepercayaan dari Tuhan, sebagai sarana ujian untuk naik kelas
Masalah harus diselesaikan
Pasti ada yang lebih berat, semua relatif dan yang pasti anda tidak sendiri
Tidak ada jalan buntu, yang ada hanyalah solusi, atau melanjutkan belajar
Semuanya sudah terukur oleh Tuhan dengan sangat akurat, pasti mampu
Penyelesaian masalah sangat bergantung pada sikap mental kita sendiri
Jalan keluarnya sudah disiapkan oleh Allah, kita tinggal menjemputnya