Jumat, Januari 02, 2009

Jurus-2 Menggali Potensi Kesadaran Diri

“Kesadaran”, sebuah kata sederhana yang akan menunjukkan betapa penting dan mutlak diperlukan dalam memulai apapun, sekaligus dalam menyelesaikan apapun masalah yang kita hadapi.
Kata ”menyadari” sangat berbeda dengan ”mengetahui”. Banyak orang yang mengetahui pentingnya berolah raga tetapi malas untuk berolah raga. Banyak orang yang mengetahui bahaya narkoba, tetapi tetap mengkonsumsi narkoba. Itulah sedikit gambaran bahwa menyadari tidak sama dengan mengetahui. Dalam kata lain, mengetahui baru pada tingkatan ”teori” tetapi belum sampai pada tingkatan ”aplikasi”. Ia baru berada pada tataran ”ilmu”, tetapi belum pada tingkatan ”amal”.
Mungkin anda masih ingat tokoh-tokoh seperti Mantan Kabareskrim, seorang Kriminolog, mantan Gubernur BI dan jajarannya, Jaksa, Anggota Dewan, para artis dan lain-lain.
Saya tidak ingin membicarakan kasus beliau satu persatu, saya hanya ingin menegaskan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan. Dalam bahasa yang lebih dalam, orang bisa kehilangan kesadaran diri dalam beberapa saat. Apakah beliau tidak mengerti KUHP? Saya berani menjamin, beliau-beliau faham dan tahu persis pasal-pasal KUHP. Mengapa mereka melakukannya? Inilah yang menarik untuk kita telusuri lebih dalam. Setiap orang punya cita-cita, punya target, punya obsesi dan punya cara pandang yang berbeda-beda. Misalnya Pak Mulyana, mungkin beliau hanya sekedar ingin melindungi teman-temannya dari pemeriksaan KPK. Tetapi akhirnya beliau juga yang harus menanggung akibatnya. Terlepas dari itu semua, kita menggaris bawahi bahwa dalam diri manusia, siapapun dia, sering terjadi apa yang disebut dengan “Kehilangan kesadaran diri”. Saya yakin, begitu kesadaran diri beliau pulih sepenuhnya, beliau-beliau pasti sangat menyesal. Saya menulis buku ini dengan harapan besar, berbagi dengan para pembaca untuk mengingatkan kembali pentingnya kesadaran diri setiap saat.
Ketika buku ini ditulis, saya sedang mengikuti perkembangan artis cantik yang sedang ditahan dengan seorang pembalap nasional karena diduga melakukan penyiksaan kepada orang yang dipercaya melakukan pekerjaan design interior untuk kantor sang artis. Karena sang kontraktor selalu molor dan mulai susah dicari, akhirnya sang artis menyuruh anak buahnya mencari dan ketemu. Saya yakin, awalnya tidak ada maksud sang artis menganiaya, tetapi karena terbawa suasana emosi, dan pasti saat itu, baik pembalap maupun artis ini, kehilangan kesadaran diri, bahwa menempatkan orang dalam suatu tempat, bisa menjadi suatu pelanggaran, akhirnya terjadilah peristiwa itu. Saya bukan ingin membahas secara details kasus ini, saya hanya ingin menegaskan bahwa kesadaran diri setiap saat itu penting, karena kita harus membayar sangat mahal akibat kehilangan kesadaran diri yang hanya beberapa saat.
Berikut ini beberapa renungan kesadaran yang harus kita bangkitkan kembali.

Anda Sangat Penting, Diciptakan Satu-satunya Di Dunia
Kesadaran Pertama yang harus kita miliki adalah bahwa anda diciptakan satu-satunya di dunia dan tak tergantikan oleh siapapun. Tidak ada seorangpun dalam sejarah kehidupan manusia di dunia ini yang persis seperti anda, atau dapat menggantikan posisi anda. Anda memiliki bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan terpendam yang menakjubkan, yang jika digali dan dipergunakan dengan benar akan menghantarkan anda pada apapun yang anda inginkan di dalam kehidupan di dunia ini.
Tuhan sangat mengasihi para makhlukNya, Tuhan sangat mengharapkan anda tidak berputus asa, berupaya terus dan berdoa. Ketika Tuhan hendak menciptakan manusia, para malaikat bertanya kepada Tuhan. “Tuhan, apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang akan membuat kerusakan di muka bumi?” Mungkin malaikat sudah sedikit mengerti bahwa ciptaan Tuhan berupa manusia, akan dibekali dengan “fujurnya” (sikap negatif) dan “Taqwa”nya (sikap positif). Tetapi Tuhan dengan sangat optimis menjawab kepada malaikat “Aku lebih tahu daripada kamu”. Sekarang, boleh anda renungkan, anda memilih sikap malaikat yang pesimis, atau sikap Tuhan yang sangat optimis.

Anda Diberi Kuasa untuk Menyelesaikan Apapun
Kesadaran kedua adalah bahwa anda sudah diberi potensi (baca: kuasa) yang sangat dahsyat oleh Tuhan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. Potensi itu berupa Pikiran, Hati dan kekuatan fisik yang akan saya paparkan lebih lanjut pada bab Pikiran dan Tindakan Positif. Bahkan dalam ciptaan nabi Adam, Allah menyatakan, ”Aku tiupkan ruhKu ke dalam jiwamu”. Artinya, sebagai khalifah di muka bumi, kita diberi kuasa sebagai wakil Tuhan untuk kemakmuran bersama. Itu berarti kita tinggal menggali potensi yang ada dalam diri kita sendiri, karena setiap manusia memiliki potensi yang unik, yang hanya dimiliki oleh orang tersebut. Bagaimana kita menggali potensi kita untuk menyelesaikan masalah? Semua akan terjawab melalui buku ini.

Anda Diciptakan Untuk Berani Memulai
”Keberanian Kita untuk Memulai Sesuatu yang Benar, Biarkan Allah yang Mensukseskannya”
Ternyata kehidupan yang rumit bisa didekati dengan pola kalimat seperti tersebut di atas. Kita hanya dituntut untuk berani memulai. Memulai sebuah niat, tekad dan semangat serta kesungguhan untuk melaksanakan hal-hal yang benar. Nilai tertinggi manusia, adalah kemampuan akal yang diberikan Allah untuk berani memulai (baca: berkreasi). Makhluk Allah yang lain, seperti Malaikat, tidak diberi kemampuan ini. Ia hanya diberi 1(satu) standar kehidupan, yaitu taat. Ia tidak diberi daya kreasi apalagi inovasi. Malaikat tidak punya kemampuan untuk itu. Syaithan sebagai makhluk Allah yang lain, juga hanya diberi 1(satu) standar, menggoda (baca: menjerumuskan) manusia dari kebenaran kepada kesesatan. Pemahaman ini akan mengantarkan kita kepada kesadaran untuk selalu berani memulai sesuatu yang baik dan benar, untuk selalu berkreasi dan ber-inovasi pada hal-hal yang benar pula. Dan disitulah harga manusia.
Setelah kita berani memulai dengan tekad dan tanpa ragu kita mulai melaksanakan apapun yang menjadi tekad dan tujuan kita, Allah menjamin akan memberikan karunia, pertolongan, jalan keluar dan penyelesaian, apapun yang kita hadapi. Benar, sesederhana itu. Dalam bahasa jawa yang lebih singkat, ini kiriman sms dari saudaraku, “Urip iku mung loro (2) pathokane, Jejeg Niate lan Bener Lakune” (“Hidup itu dua (2) pedomannya, teguh niatnya dan benar menjalaninya”). Dalam sumber Al Quran, banyak sekali firman Allah yang dengan sangat jelas menunjukkan kita untuk memulai.
“Aku tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu bertekad untuk memulai dengan merubah dirinya sendiri.”
Cermati firman ini baik-baik. Kita jelas diminta untuk berani memulai. Urusan berhasil dan tidaknya suatu perubahan, hal itu mutlak di tangan Allah. Tetapi Allah menjamin, barangsiapa yang berani untuk memulai perubahan, Allah akan tunjukkan jalan kepada kesuksesan atas perubahan itu. Secara lebih sederhana saya katakan bahwa wilayah kita sebagai manusia hanya pada “berani memulai” suatu perubahan. Biarkan Allah yang mensukseskan perubahan itu. Maka bagian ini saya tekankan “Keberanian kita untuk memulai, dan biarkan Allah yang mengakhiri”.
Lihatlah dalam gambar tersebut. Sebagian manusia pasti sangat takut dengan ombak yang besar di laut. Orang itu dengan peralatan sangat sederhana, malah bermain-main dan asyik berselancar. Itulah keberanian yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia. Kita harus punya keberanian untuk memulai, dan berlatih.

Anda Diciptakan Seperti Kertas Putih yang Siap Dilukis
Kesadaran keempat adalah bahwa dari awal, setiap manusia itu fitrah. Suci bersih seperti kertas putih yang siap dilukis. Di perjalanan kehidupan yang rumit dan berliku, manusia menghadapi berbagai masalah, yang memungkinkan seseorang melakukan kesalahan. Tapi Allah Yang Maha Kasih dan Tak Pernah Pilih Kasih, selalu menyiapkan ampunan yang demikian luas. Artinya, kalau kita mau bertaubat, benar-benar tidak mengulangi, setiap hari kita adalah kertas putih yang siap di lukis. Waktu sekarang dalam bahasa inggris disebut ”present” artinya hadiah. Hadiah kertas putih yang siap dilukis, akan-kah hari ini anda akan lukis dengan kebaikan dan merasa sangat beruntung atau anda malah ”nelangsa” seperti cerita telenovela dan tidak berbuat apa-apa. Hari ini adalah hari yang sebenarnya persis dalam kuasa anda, masa lalu tidak dapat anda raih, dan masa depan belum dapat anda nikmati. Ini akan saya bahas secara lengkap dalam bab Istighfar, sebagai bagian dari penyelesaian masalah. Silahkan teruskan membaca.

Anda Dilahirkan dengan Misi Sukses
Begitu anda terlahir ke dunia, sebenarnya Tuhan sudah membuat “tanda” (baca: stempel) sukses di diri anda. Siapapun anda, terlahir untuk sukses. Baik anda terlahir di desa, di kota, di negara miskin, bahkan orang tua anda miskin dan berpendidikan rendah sekalipun, tidak ada alasan bagi anda untuk tidak sukses. Hal ini dapat dipastikan, karena tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang sia-sia. Sebagai analogi sederhana, lihatlah mobil, hand phone, komputer, pesawat dan lain-lain. Alat-alat itu dibuat oleh pabrik untuk membantu mempermudah kehidupan, dan menjadi laku di pasaran, ujung-ujungnya dibuat untuk sukses. Itu baru pada tataran buatan manusia. Pertanyaannya sekarang, apakah kita yang diciptakan oleh Dzat yang Maha sempurna, lahir ke dunia hanya untuk menanggung derita dan nestapa? Bagaimana mungkin kita terlahir hanya untuk gagal?
Dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif tersebut di atas, membuat kita semakin yakin, bahwa sebenarnya, misi penciptaan kita adalah sukses. Ini keyakinan yang mutlak harus anda miliki. Kalau sekarang anda merasa belum sukses, atau anda merasa gagal, itu mungkin hanya masalah waktu, atau keliru jalan, yang akan kita bahas penyebabnya dalam buku ini. Yang penting bagi anda sekarang adalah bahwa anda terlahir untuk sukses. Keyakinan tersebut akan menuntun anda menuju kesuksesan sejati dan penyelesaian setiap masalah.
Penelitian (berdasarkan biografi orang-orang sukses) membuktikan bahwa mereka yang sukses, adalah yang memiliki kunci keyakinan bahwa dirinya terlahir dengan maksud sukses. Tanpa keyakinan ini, sukses hanyalah impian dan cita-cita yang tidak pernah terwujud. Penulis telah banyak mewawancarai orang-orang yang pada awalnya gagal, kemudian mereka berhasil meraih sukses, dan dari mereka terdengar jawaban yang sangat singkat, “perbedaan antara kegagalan dan kesuksesan terletak pada selembar keyakinan”. “ya, selembar keyakinan”. Lihatlah seorang pesilat yang akan mematahkan sepotong besi. Apa yang ada di pikiran dan hatinya? “Keyakinan”...sekali lagi..keyakinan. Sehebat apapun dia berlatih, tanpa keyakinan, dia tidak akan pernah bisa mematahkan besi. Keyakinan adalah bagian dari formula 7i yaitu iman, yang akan kita bahas lebih lanjut.

Anda Diberi Kemampuan untuk Berbagi dan Bermanfaat
Kalau kita sedang menghadapi masalah, biasanya kita hanya fokus pada permasalahan kita saja, tanpa mau menghiraukan sedikitpun permasalahan orang lain. Ini sangat keliru, justru kita harus lebih peka kepada orang lain untuk menolong. Saya dulu bingung, lho saya sendiri saja lagi ada masalah kok malah disuruh menolong orang lain. Disinilah rahasianya, dengan menolong orang lain, kita akan ditolong oleh Dzat Yang Maha Menolong, sebaik-baik penolong. Ini juga akan saya uraikan details pada pembahasan ihsan, berbuat baik. Lepaskan ego kita, karena disitulah sumber masalahnya dan anda akan mendapatkan solusinya.
Untuk melengkapi pembahasan mengenai pentingnya kesadaran, ijinkan saya berbagi dengan beberapa hal berikut ini :
Setiap orang sehebat apapun tidak luput dari kesalahan. Bahkan seorang nabipun tidak luput dari kekeliruan. Nenek moyang kita, Nabi Adam a.s memulai sebuah kekeliruan yang menuruti bujuk rayu iblis, dan akhirnya Adam harus turun dari sorga ke dunia. Ia menyadari kekeliruannya dan memohon ampun kepada Allah dan Allah mengampuninya. Taubat yang kita lakukan diawali dari sebuah kesadaran. Sadar bahwa apa yang kita lakukan adalah keliru, kemudian kita memohon ampun dengan segenap kesadaran, ternyata kita salah. Jadi taubat diawali dari ”kesadaran”. Kesadaran untuk kembali kepada jalan yang benar, kesadaran untuk menyesali apa yang sudah terlanjur kita lakukan, dan sekali lagi- ini yang terpenting - kesadaran untuk tidak mengulangi. Ini dalam formula 7i disebut istighfar.
Anda mungkin pernah mendengar cerita seorang pelacur yang bertaubat, kemudian ia menyadari bahwa dirinya telah banyak melakukan maksiat, hatinya berontak ingin melakukan amal, dengan segenap kesadaran, ia menolong anjing yang kehausan dan akhirnya ia termasuk golongan ahli surga.
Sahabat Ali k.w, sekaligus menantu Rasulullah SAW, pada suatu peperangan, ia berhasil membuat musuhnya pada kondisi terjepit dan sudah tidak bisa berkutik. Tinggal satu langkah untuk mengayunkan pedang. Tiba-tiba musuh itu meludahi muka sahabat Ali k.w. Yang menakjubkan adalah justru sahabat Ali tidak jadi membunuh orang tersebut. Musuh menjadi kaget, mengapa tidak jadi membunuh dirinya. Sahabat Ali menyadari bahwa kalau membunuh pada saat itu, khawatir bukan semata-mata karena Allah, tetapi karena nafsu amarah, karena musuh itu telah meludahi dirinya. Allahlah yang memberikan setitik kesadaran kepada sahabat Ali, dan kesadaran ini menyelamatkan dari pembunuhan yang sia-sia. Musuh itu akhirnya masuk islam karena setitik kesadaran yang menakjubkan.
Bagaimana kalau hal itu terjadi pada kita? Mungkin dengan penuh amarah kita akan membunuh orang tersebut. Dalam hati kita justru bergumam, sekalian saja orang ini saya bunuh, karena toh sudah meludahi saya, dan saya sekaligus menjalankan perintah jihad. Inilah kita, yang belum mampu membedakan mana kepentingan pribadi, mana kepentingan agama. Kita sering melaksanakan kewajiban agama menurut hawa nafsu kita. Itulah pentingnya kesadaran.
Mari kita lihat para ahli dzikir, apa yang mereka inginkan? Mereka berdzikir terus menerus karena mereka menginginkan kesadaran yang kontinu (berkesinambungan) untuk selalu berhubungan dengan pusat kendali yaitu Allah. Mereka menyadari bahwa mereka lemah, tanpa tersambung dengan “server” Allah. Jadi dzikir adalah sebuah jalan (sarana) untuk membangkitkan kesadaran diri yang terus menerus.
Bahkan isi Al Quran, baik yang berwujud kisah, perintah dan larangan, semuanya tegas memberikan kepada kita, Allah hendak “menyadarkan” kita. Banyak sekali kata “apakah kamu tidak memikirkan?”, “apakah kalian tidak menyadarinya?”
Saya akan menguatkan anda dengan kisah, betapa kesadaran diri adalah hal paling essensial dan fundamental untuk keselamatan diri kita, baik di dunia dan akhirat.
Ada seorang ahli ibadah yang telah istiqomah beribadah selama 40 tahun tanpa henti. Setiap orang berbondong-bondong datang meminta untuk di-doa-kan oleh beliau dan Allah berkenan mengabulkannya. Pada suatu hari, ia punya suatu keperluan dan ia berdoa untuk dirinya sendiri. Rupanya Allah hendak menguji tingkat kesadaran dan keimanan ahli ibadah ini. Allah tidak mengabulkan doanya. Ahli ibadah ini merenung, dan akhirnya menyadari bahwa ketika orang-orang datang meminta di doakan dan Allah mengabulkan, adalah karena kesholihan orang-orang yang datang, bukan karena dirinya. Nah, kesadaran ini, nilainya di hadapan Allah lebih tinggi, dari ibadahnya selama 40 tahun. Subhanallah, itulah kesadaran, sebuah perenungan yang mengantarkan pelakunya pada tataran tertinggi, menyelamatkan dari kesombongan dan ujub dari dirinya, karunia Allah yang menakjubkan.
Diriwayatkan bahwa imam Ghozali, penulis buku Ihya 'Ulumuddin yang sangat terkenal itu, suatu hari mendapati seekor lalat yang terjerembab masuk ke dalam tintanya. Dengan segenap kepedulian dan kesadaran, ia menolong lalat tersebut, dibersihkan sayapnya dan lalat tersebut dapat terbang kembali. Kepedulian yang lahir dari kesadaran untuk menolong, walaupun hanya seekor binatang, pahalanya lebih besar dibanding dengan pahala menulis buku tersebut.
Bagaimana kesadaran anda sekarang? Apakah kehidupan anda diliputi kesadaran yang terus menerus? Atau hidup anda banyak lalai? Bagaimana agar kesadaran anda hadir setiap saat?
Para ahli hikmah membuat kesadaran diri dengan menghadirkan hati dan pikiran pada setiap aktifitas yang dijalaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar