Jumat, Januari 02, 2009

Jurus-4 Formula 3S dan 7i

Jurus ini adalah kombinasi dari 3S, yaitu Syukur, Sabar dan Sholat, sedangkan 7i adalah Ilmu, Iman, Ikhtiar, Istighfar, Ihsan, Istiqomah, Ikhlas yang akan mampu menyelesaikan setiap masalah yang anda hadapi. Sebenarnya disinilah inti dari kehidupan. Kalau kombinasi ini diterapkan, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.

Syukur adalah Azas Pertambahan
Kehidupan ini selalu di warnai dengan 2 (dua) hal pergantian, naik-turun, sehat–sakit, kaya-miskin, adalah hal-hal yang akan selalu di pergilirkan kepada kita. Ini sudah menjadi ketetapan Tuhan yang di sebut Sunatullah. Kalau anda tidak bisa menyikapi hidup ini dengan kacamata syukur, selamanya kita akan sulit untuk mendapatkan solusi (baca: jalan keluar).
Syukur sesungguhnya adalah azas pertambahan. Tuhan akan memberikan kepada kita sesuatu yang lebih baik, lebih banyak, kalau kita mau bersyukur. Syukurnya orang biasa adalah dengan memuji Tuhan, berhenti sampai di situ. Hanya dengan kata-kata Alhamdulillah.
Satu tingkat lebih tinggi adalah ia memanfaatkan pemberian Tuhan, untuk hal-hal yang baik yaitu ketaatan kepada Tuhan dan menolong sesama. Misalnya anda punya kendaraan, tidak hanya di pakai untuk ke kantor, juga mengantar tetangga yang sakit. Anda bersyukur punya kendaraan, naik jabatan, atau mencapai prestasi. Ini syukur karena di beri anugerah.
Tingkat lebih tinggi lagi adalah, anda bersyukur pada hal-hal yang belum anda miliki. Ini mungkin kedengaran agak “aneh” ya.. Tetapi inilah rahasianya. Kalau anda bersyukur dengan hal-hal yang belum anda miliki, Tuhan akan memberinya lebih dari yang anda minta. Mengapa demikian? Karena Tuhan sangat mengerti hati dan pikiran kita. Begitu kita bersyukur kepada hal-hal yang belum kita miliki, Tuhan sudah bisa menilai sampai dimana kualitas ruhani kita. Tuhan berfirman “HambaKu ini bersyukur dengan segala pemberianKu, yang belum Kuberikanpun, ia ridha (syukur), apa susahnya bagi diriKu untuk memberi lebih dari yang ia minta”. Itulah Tuhan. Selalu menguji terlebih dahulu kualitas ruhani kita. Seperti yang sudah saya jelaskan pada bab sebelumnya, kita diminta untuk berani memulai, dalam hal ini berani memulai untuk bersyukur. Syukur terhadap hal-hal yang belum diberikan Tuhan memiliki makna yang sangat dalam, artinya kita ridha dengan ketentuan pemberian Tuhan. Ini ilmu ikhlas. Nanti anda akan menemukan pembahasan khusus mengenai ikhlas. Syukur adalah tangga pertama menuju ikhlas atau syukur adalah anak dari sifat Ikhlas.
Tangga tertinggi dari syukur adalah syukur pada setiap kejadian. Diberi anugerah ia bersyukur, belum diberi anugerah, ia bersyukur, diberi musibahpun ia tetap bersyukur. Ini dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar cinta kepada Allah, pertolongan Allah sangat dekat kepada orang-orang langka seperti ini. Ia digolongkan pada kekasih Allah. Bagi mereka yang dicari adalah ridha Allah, ia tidak lagi risau dengan atribut-atribut duniawi.
Bila anda ingin segera mendapatkan jalan keluar dari permasalahan dan mendapatkan pertolongan Allah, bersyukurlah, apapun yang sudah anda miliki, apapun yang belum anda miliki, dan apapun permasalahan yang sedang anda hadapi.

Sabar adalah Kendaraan yang Tidak Pernah Bisa dikalahkan
Sebagaimana yang sudah saya sampaikan pada pembahasan Pikiran dan Tindakan Positif, ia menghasilkan sikap sabar. Sabar itu bekingnya Allah. Kalau anda menghadapi masalah, misalnya sekawanan perampok, tetapi anda dikawal oleh pasukan yang sangat terlatih untuk menghadapi perampok, bagaimana perasaan anda? Pasti penuh percaya diri. Itu baru pada tingkatan manusia. Bagaimana kalau yang mengawal anda adalah malaikatnya Allah? Allah sendiri, derajatnya kholiq (pencipta diri kita), demikian tinggi, demikian agung, sampai rela menyertai makhluknya. Makhluk yang bagaimana yang disertai Allah? Khusus yang sabar. Maka orang yang sabar, bekingnya Allah.
“Sesungguhnya Aku (Allah) berserta orang-orang yang sabar”.
Bagaimana mungkin ia kalah dan tidak bisa menghadapi persoalan? Kata sebagian orang, sabar itu memang berat, tapi kalau kita pikir-pikir, terutama mengenai balasan Allah kepada orang yang sabar, yaitu Allah sendiri yang akan memback-up orang yang sabar, rasanya menjadi lebih ringan. Sebagian orang sering mengatakan, “Saya sebagai manusia sudah cukup sabar, tapi kesabaran saya ada batasnya”. Maaf mas, Allah tidak mau menyertai anda….Sabar yang bekingnya Allah, tidak mengenal batas…
Dalam Al Quran, Allah sendiri dengan jelas memerintahkan “Minta tolonglah dengan Sabar dan Sholat”. Sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali hamba-hambaKu yang Khusyu”. Siapa yang Khusyu? Yaitu Orang-orang yang yakin akan pertemuan dengan Allah dan mereka yakin akan kembali kepada Allah. Jelas sekali, orang yang yakin akan pertemuan dengan Allah, yaitu dengan sholat.
Pada suatu waktu, Nabi mengatakan dan mengulangnya 3 kali, “menakjubkan; menakjubkan ..menakjubkan…”. Para sahabat bertanya “siapa yang menakjubkan ya Nabi?”. Nabi menjawab, “Hati orang yang beriman, Apabila ditimpa musibah, ia bersabar, sabar adalah kebaikan, bila diberi nikmat, ia bersyukur, syukur adalah kebaikan”. Padahal kehidupan ini, selalu dalam 2 kondisi tersebut, mendapat nikmat atau tertimpa ujian. Senang-sedih, kaya-miskin, sehat-sakit, bukankan 2 hal ini yang selalu dipergilirkan? Bagi orang yang berfikir positif, apapun kondisinya, ia mampu melihat semua kejadian sebagai “tegur sapa” Tuhan untuk perbaikan kita. Bukankah kondisi seperti ini membuat hidup kita menjadi sangat indah dan bermakna?

Sholat adalah Jalur komunikasi Istimewa
Kalau anda punya masalah, inilah jalur komunikasi yang disiapkan Allah. Selain sholat wajib, cobalah anda sholat Tahajjud, ini jalur bebas hambatan. Sebenarnya sinyal-sinyal Ilahiyah untuk penyelesaian masalah, selalu dipancarkan kepada kita. Sayang, kita malah mematikan HP kita. Yang terdengar, telkomsel veronika. HP yang dimaksud adalah Hati dan Pikiran. Sholat berasal dari kata Sholla, artinya menyambungkan. Kita tahu, sebuah komputer biasa, kalau tersambung dengan Komputer Server yang canggih, pasti ia akan menjadi secanggih dan sekuat komputer server. Maka sering-seringlah menyambungkan dengan server Allah. Pasti akan ada jalan keluar dari masalah yang anda hadapi.
Melalui sholat inilah kita meminta pertolongan kepada Dzat yang Pasti Mau dan pasti Mampu. Di dunia ini kan kita temui dua jenis manusia. Yang satu jenis, sebenarnya mampu menolong, karena kebetulan dia diberi kekayaan, tetapi ia tidak mau (sudi) menolong kita. Yang jenis kedua, teman-teman kita sendiri yang sangat bersimpati dan peduli ke kita, tetapi sayang, ia tidak diberi kemampuan oleh Allah. Akhirnya cuma kata-kata kasihan, yang terucap. Maka saya berani menjamin 100%, karena saya sudah membuktikan melalui berbagai peristiwa yang saya alami, kalau orang mau dengan sungguh-sungguh menggunakan jalur komunikasi ini, sebenarnya akan lebih mudah menemukan solusi. Orang yang sukses dan berhasil menyelesaiakan masalah, ternyata adalah mereka yang punya hubungan ”khusus” dengan Allah, dan Sholat inilah salah satu diantaranya. Selamat mencoba.

Sedangkan 7i adalah sebagai berikut :

i-1 : ilmu, Syarat Pertama untuk Penyelesian Masalah
Kita mampu menapaki kehidupan ini dengan baik, bila kita mempunyai bekal ilmu. Tanpa ilmu, amal yang kita lakukan akan menjadi sia-sia. Meskipun ini bukan merupakan satu-satunya bekal, tetapi ilmu adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sekaligus menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Seorang yang ingin memperbaiki listrik, ia harus memiliki ilmu tentang listrik. Tanpa ilmu ini, akan sangat mungkin ”kesetrum” dan malah meninggal dunia.
Dalam segenap unsur kehidupan, kita memerlukan ilmu. Tuhan sendiri berjanji, mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, yaitu orang yang dengan ilmunya, akan menyebabkan dirinya semakin dekat kepada Tuhan. Ia semakin mengakui adanya kekuasaan Tuhan dan semakin berguna bagi sesama. Dalam Agama, menuntut ilmu menjadi kewajiban yang sama persis tingkatannya dengan kewajiban ibadah-ibadah yang lain. Ilmu adalah jembatan yang mengantarkan seseorang kepada kemaha-kuasaan Tuhan sebagai sumber ilmu itu sendiri. Maka perintah Tuhan yang pertama adalah “membaca” sebuah bukti yang teramat jelas kepada kita untuk belajar (baca: menuntut ilmu).
Ilmu diperlukan agar aplikasi bisa dijalankan dengan benar. Maka sebelum seseorang menerapkan aplikasi kehidupan (baca: beramal), ia harus terlebih dahulu mengerti ilmunya. Tentang ilmu, tidak sedikit orang yang menggunakan ilmu, justru untuk melawan Tuhan, dan menghancurkan manusia. Maka ilmu ibarat pisau, ia tergantung pemiliknya. Apakah akan digunakan untuk mengiris mangga, mengiris bawang atau malah untuk membunuh. Banyak juga orang yang berhenti sampai pada tataran ilmu, bukan diaplikasikan pada hal yang benar, malah hanya dipakai untuk kesombongan.

i-2 : iman, Tempat Bertumpunya Setiap Keberhasilan
Iman, dari sinilah segalanya bertumpu. Ibarat bangunan ia adalah fondasi, tempat bertumpunya segala pilar dan kerangka dari bangunan tersebut. Semakin tinggi bangunan gedung, semakin perlu kokohnya fondasi. Semakin tinggi dan mulia cita-cita kita, maka semakin perlu kokohnya iman di dalam diri. Sebagaimana kita ketahui, untuk mendirikan gedung-gedung tinggi, fondasinya dibuat dengan menggali lebih dalam ke bumi, artinya untuk mendapatkan iman yang kokoh, kita harus menggali potensi lebih dalam ke diri kita.
Ibarat kendaraan, ia adalah mesin penggerak (sumber energi), dimana dorongan hidup seseorang berasal. Iman adalah sumber motivasi bagi amal-amal. Perbedaan nilai amal seseorang, tergantung kekuatan imannya. Iman adalah ruh dari setiap amal.
Iman merupakan barometer (alat ukur) yang digunakan untuk mengukur derajat manusia dihadapan Tuhan. Karena lemahnya iman, sering orang beramal menjadi riya’ (pamer), dan itu menjadikan amal tidak bernilai apa-apa dihadapan Tuhan.
Iman juga merupakan sumber dari sifat-sifat kebaikan. Dari imanlah lahir sifat sabar, syukur, ikhlas, jujur dan sebagainya. Lihatlah yang dicontohkan para nabi dan rasul. Mengapa beliau bisa demikian sangat bersabar? Karena keimanan mereka.
Iman adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan. Dalam Al Quran disebutkan:
“Aku (Allah) akan memberikan ketenangan kepada jiwa kaum mukminin, atas keimanan mereka yang telah ada”.
Ayat ini jelas menunjukkan kepada kita bahwa, Allah akan memberikan ketenangan; kepada siapa? Yang beriman.
Iman juga berarti kepercayaan atau keyakinan itu sendiri. Keyakinan dan kepercayaan adalah sumber dari kesuksesan. Contoh sederhana adalah pesilat yang akan mematahkan besi, seperti telah saya sampaikan pada bagian sebelumnya. Menurut Gede Prama, keberhasilan maupun kegagalan adalah buah dari keyakinan seseorang. “Keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Dan kita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan,” katanya. “Saya mengenal banyak orang yang secara potensial biasa-biasa saja. Tapi karena didukung oleh yang namanya raksasa keyakinan, dia berhasil. Yang banyak terjadi adalah orang yang potensinya rendah tapi keyakinannya tinggi, dia berhasil. Sebaliknya ada orang yang potensinya tinggi tapi keyakinannya rendah, ya ndak berhasil,” ungkap Gede Prama.
Apabila seseorang telah beriman dengan benar, maka orang tersebut akan bersedia untuk melepaskan segala standar dirinya, berganti menjadi standar Ilahi. Iman menjadi suatu penyatuan kehendak, antara kehendak Allah dengan kehendak manusia. Tentu saja, kehendak kitalah yang menyesuaikan dengan kehendak Allah. Ia rela diatur oleh Allah, sebagai satu-satunya sumber kehidupan kita. Dari sinilah lahir prasangka baik kepada Allah, sebagai Dzat yang Maha mengatur. Dari prasangka baik inilah, lahir apa yang disebut pikiran dan tindakan positif, sebuah kendaraan yang mampu melintas dijalan kehidupan dan kesulitan, seberat apapun.
Iman juga merupakan payung dan benteng pertahanan dari kerapuhan jiwa. Ia penawar dari semua keputus-asaan, spirit bagi jiwa yang terkadang melemah. Dalam aplikasinya, iman adalah kesaksian, atas sesembahan tunggal, peniadaan semua ilah, kecuali Allah.
Iman memerlukan ilmu, supaya keimanan kita menjadi benar. Tanpa ilmu yang benar, keyakinan akan menjadi hal yang berbahaya. Misalnya keyakinan bahwa satu-satunya jalan jihad adalah harus dengan kekerasan. Ini bisa sangat menyesatkan dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Keyakinan juga tidak datang dengan sendirinya. Ia wajib diupayakan (di-ikhtiarkan). Saya akan bahas nanti pada bagian Ikhtiar. Iman memerlukan upaya penjagaan, dari gelombang turun naik, karena arus kehidupan dan berbagai kesulitan.
Iman merupakan pemancar frekwensi, yang mampu menangkap sinyal-sinyal ilahiyah, sekaligus menjadi penentu jarak antara makhluk dengan kholiq, makin tinggi frekuensi iman yang dipancarkan, maka ia bergerak mendekat kepada kholiq dan sebaliknya.
Iman adalah air bagi kehidupan. Mutlak diperlukan. Ia juga udara, sesuatu yang tidak terlihat, tetapi kita bisa merasakan akibat yang timbul. Seperti kita tidak bisa melihat angin, tetapi kita dapat mengetahui adanya angin, dari pohon yang bergerak.
Iman adalah registrasi, bukti pendaftaran kita kepada Allah. Seperti lomba lari, walapun anda sudah berpakaian olah raga lengkap, sudah mengetahui medan yang akan dilalui (baca : ilmu), dan anda juga sudah berlari dari garis start menuju garis finish (baca : ikhtiar), tanpa mendaftar (iman), panitia tidak akan menyatakan anda sebagai pemenang, sekalipun anda paling cepat mencapai garis finish. Itulah Iman, anda harus registrasi dulu.
Ibarat sebuah komputer, ia adalah processornya. Pusat dari segala aktifitas. Processor inilah yang mengolah, mengendalikan, memerintah dan mengkoordinasikan unit-unit lain untuk bekerja.
Iman berbanding lurus dengan ujian. Makin tinggi iman, makin berat ujian yang harus dihadapi. Maka dalam Al Qur'an, jangan kalian mengaku beriman, sebelum Aku (Allah) datangkan ujian, sehingga ujian adalah wujud penghormatan kepada diri kita dan keimanan kita, seperti yang sudah dibahas pada bagian terdahulu.
Iman adalah hilangnya rasa takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah SWT. Iman adalah berani karena benar, bukan berani karena “merasa” benar. Ini juga harus hati-hati, karena sering terjadi pemahaman yang keliru.
Iman adalah menempatkan cinta kepada Allah dan rasulnya sebagai urutan yang pertama dan utama, dan cinta kepada yang lain tak akan melampauinya. Kita mencintai siapapun karena Allah, kita mencintai orang-orang yang taat kepadaNya, kita mengajak kepada orang yang belum taat, supaya taat kepada Allah. Ternyata cinta kepada selain Allah, yang tidak berdasar karena cinta kepada Allah (lillahi ta'ala), akan lemah dan akan menimbulkan kekecewaan. Sebagai contoh, kita mencintai istri, hanya karena kecantikan, maka kita akan kecewa, begitu istri kita bertambah umur, kecantikan akan memudar. Maka, mulai saat ini, cintailah istri atau suami kita karena Allah, maka kita akan bahagia.
Iman adalah hilangnya seluruh harapan, kecuali kepada Allah. Ia lebih mengandalkan apapun yang di tangan Allah, daripada yang ditangan siapapun. Ia tidak bangga dengan apa-apa yang ditangannya, tidak terlalu bersedih dengan apa-apa yang lepas dari tangannya, dan sekali lagi, yang di tangan Allah lebih kita andalkan daripada yang di tangan siapapun.
Iman dalah menempuh jalan yang ditempuh para nabi dan para rasul, dan rela tidak menempuh jalan lain, walaupun jalan lain lebih kelihatan menggiurkan.
Iman adalah bergetarnya hati, bila disebut nama Allah, bertambah keyakinan apabila dibacakan ayat-ayatnya, sehingga mereka mengerjakan amal shaleh dengan tulus ikhlas.
Iman adalah kesadaran untuk berbagi dengan sesama, karena ia yakin, mereka semua adalah makhluk Allah yang wajib kita kasihi.
Mengapa saya menjelaskan (mendefinisikan iman) terus menerus? Ya, karena iman inilah fondasinya. Begitu anda salah mendefinisikan (menafsirkan), maka seluruh aktifitas yang anda lakukan akan dikalikan nol oleh Allah. Bagaimana aplikasi iman untuk menjawab persoalan sehari-hari? Contoh paling nyata adalah ketika penulis masih menjadi wiraswastawan. Dalam keyakinan (baca: iman) penulis, untuk mencapi sukses, kita harus usaha dengan skala yang wah (baca:besar-besar). Padahal ternyata usaha itu bergantung pada ridha Allah. Betapa banyak usaha yang terlihat kecil, misalnya jualan sayur, bisa membiayai anaknya sampai jadi sarjana, bisa naik haji dan mereka hidup bahagia, karena Allah ridha. Maka penulis pernah mendapat sms dari sahabat sekaligus guru kehidupan yang berbunyi “semua sudah ada takarannya, kalau kita terus memaksa, akibatnya akan tumpah”.

i-3 : ikhtiar, Hukum Sebab Akibat yang Mesti Terjadi
Inilah aplikasi dari ilmu dan iman. Setelah seseorang mempunyai ilmu dan memiliki iman, secara otomatis ia akan berikhtiar. Ikhtiar adalah penerapan hukum sebab akibat yang telah digariskan Allah. Jadi secara sederhana, kita wajib ikhtiar dengan sungguh-sungguh, dengan ilmu dan iman yang benar, nanti Allah akan mensukseskannya. Jadi seperti yang telah saya kemukakan di depan, yang penting kita mulai dengan ikhtiar, setelah itu, Allah yang akan menyelesaikan. Tanpa anda mulai untuk berikhtiar, Tuhan tidak akan mengubah anda.
Lihatkah jejak para rasul, para sahabat. Mereka demikian sangat gigih berikhtiar, dengan ilmu dan iman yang benar, dengan mengharap hanya satu, ridha ilahi. Sahabat Ali kw, tangannya sampai melepuh karena ikhtiar, membantu mengambilkan air tetangganya, untuk mendapatkan segenggam kurma. Sahabat Umar bin Khattab, sangat marah kepada orang-orang yang tidak mau berikhtiar, hanya duduk-duduk di masjid, dan keperluan mereka ditopang orang lain.
Menurut cerita dan kesaksian para ahli, sebenarnya di dunia ini tidak ada orang yang gagal, kegagalan mereka disebabkan hanya karena lebih cepat berhenti berikhtiar sebelum waktunya. Ilustrasi sederhananya adalah, ada seseorang yang sedang melakukan penggalian untuk mendapatkan emas. Ia sudah menggali 500m, tetapi belum mendapatkan hasil. Ia terus menggali hingga kedalaman 700m. Ia putus asa dan berhenti. Padahal kandungan emas ternyata 50m berikutnya. Itulah orang yang gagal, berhenti lebih cepat.
Saya berani menulis ini, karena saya sudah mencoba mengaplikasikan. Jadi apapun yang saya bagi kepada anda, terlebih dahulu saya implementasikan. Artinya, saya tidak hanya “bicara” melalui tulisan ini, tapi mengamalkan. Semangat berbagi ini, ibarat saya jalan duluan, saya memberi rambu kepada anda, supaya tidak terjerembab di jurang, dan kalau jalan berikutnya ternyata mulus, saya akan memberi aba-aba kepada anda untuk mempercepat langkah anda.
Ikhtiar yang baik adalah ikhtiar yang membuat anda lebih dekat kepada Allah. Bahkan melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar anda. Sebelum bekerja, mengapa anda tidak sholat dhuha dulu atau memberi sedekah kepada fakir miskin? Jadi jangan harap anda sukses, kalau usaha anda makin menjauhkan diri anda dari Allah. Kalau rapat-rapat di kantor membuat anda menjadi tidak sholat dhuhur, ashar ”bablas”, maghrib tak sempat, dan isya-pun ketiduran karena capai. Kalaupun anda diberi kemudahan pada awalnya, itu hanya sementara, pada akhirnya anda akan gagal. Penulis berani bersumpah, Demi Allah tidak akan berhasil.
Jadi apapun usaha anda, ikhtiar anda, jangan sampai lalai dari mengingat Allah. Demikian banyak rintangan, godaan dan tantangan, saya tahu, tetapi itu semua hanya untuk menguji sampai dimana kesungguhan anda. Banyak kegagalan karena kita tidak sungguh-sungguh dan disiplin. Kalau kita membaca cerita-cerita sukses, betapa mereka gigih dan pantang menyerah. Berapa kali Thomas Alfa Edison gagal? Ribuan kali. Kita kadang berdecak kagum pada kesuksesan seseorang, padahal kita tidak tahu bagaimana disiplin dan gigihnya berlatih. Kita hanya tahu di hari kemenangan seorang petinju atau pelari, kita tidak pernah mau belajar dari kegigihan mereka berlatih.
Ibarat perjalanan, ikhtiar adalah jalan yang mendaki, sekaligus menurun tajam. Maka orang-orang yang menggunakan ukuran dunia sebagai lambang kesuksesan, sesungguhnya tidak pernah akan mendapatkan kesuksesan sejati. Untuk ini saya ingin menyampaikan kepada anda, gunakan kacamata ilahiyah. Coba anda renungkan, orang yang niat dan tekadnya lurus, ia berikhtiar dengan sungguh-sungguh, berdoa dengan khusyu kepada Allah, kemudian menerima dengan ikhlas segala ketentuanNya, saya ingin bertanya, apakah orang ini gagal dimata Allah? Pasti orang ini mendapat point dimata Allah. Pertanyaan berikutnya, jadi gagalnya dimana? Kalau menggunakan sistem dan kacamata Ilahi, sebenarnya tidak ada kegagalan. Bukankah yang kita kumpulkan adalah nilai di mata Allah, bukan dimata manusia? Jadi bila kita sudah niat lurus, ikhtiar sungguh-sungguh (dengan ilmu dan iman), berdoa dengan khusyu dan tawadhu, kemudian ikhlas menerima apapun yang diberikan olehNya, inilah sukses. Karena kita sudah mendapat poin di mata Allah. Jadi untuk orang dengan sikap ini tidak mengenal kata gagal. Gagal adalah mereka yang tidak pernah punya niat dan tekad yang lurus, tidak mau usaha sungguh-sungguh, tidak mau berdoa dengan khusyu dan tidak pernah puas dengan apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Itulah kegagalan yang sesungguhnya.

i-4 : istighfar, Media Evaluasi
Istighfar yang saya maksud disini adalah bukan hanya membaca “Astaghfirullahal 'adzim”. Maksud yang lebih dalam adalah bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Di tengah perjalanan ikhtiar, kita sangat mungkin bertemu dengan jalan yang ternyata keliru. Istighfar adalah kembali kepada jalan Ilahi. Bagi para ahli hikmah, taubat adalah jalan pertama dan utama, sekaligus jalan akhir menuju Allah. Di dunia ini, siapa sih yang tidak pernah salah atau keliru? Mungkin hanya para rasul yang terjaga. Bahkan nabi-pun, seperti nabi Adam, juga mengalami kekeliruan. Kadang Tuhan membimbing kita melalui tindakan kita yang keliru. Kita menjadi sadar dan insyaf untuk kembali pada jalanNya. Sifat Allah SWT diantaranya Maha Pengampun (Ghofur). Sifat ini akan berfungsi kalau ada hamba-hambaNya yang salah/keliru. Ampunan Allah pasti lebih besar dari dosa-dosa kita. Jadi semua dosa sesungguhnya akan ”tenggelam” dalam ampunan Allah, selama hamba tersebut bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Kepada suadara-sadaraku yang berada di ambang keputus-asaan, atau sedang dilanda berbagai kegagalan, kesakitan, kehampaan, kegelapan atau di tebing kesengsaraan. Pesan pertama yang ingin saya tegaskan adalah “JANGAN PUTUS ASA”, semua persoalan yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya. Tidak ada yang namanya jalan buntu, kecuali kita sudah dibungkus kain kafan. Semua dosa, sangat mungkin terampuni, selama nyawa belum di tenggorokan atau matahari terbit dari barat. Jadi menurut teman saya, putus asa adalah “embahnya dosa”.
Sebenarnya kita bergerak dari masa lalu, menuju masa kini dan masa yang akan datang. Bagaimana kita meraih masa lalu? Masa lalu tidak dapat diraih kembali. Ia hanya bisa “diambil hikmahnya” dan kalau itu kesalahan, hanya bisa di-”istighfari”. Itulah sikap terbaik kepada masa lalu. Maka i yang keempat ini menjadi syarat penting bagi kesuksesan dan penyelesaian masalah. Kalau anda sedang banyak mengalami kegagalan, cobalah bertaubat, istighfar, memohon ampun dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Mungkin pola pikir kita, iman dan ilmu kita yang belum cukup, atau ikhtiar kita yang keliru. Maka jangan pernah bosan untuk memohon ampun kepada Allah. Rasul saja, yang dijamin segala-galanya oleh Allah, selalu memohon ampun dengan istighfar lebih dari 70 kali. Apalagi kita manusia biasa yang masih belajar, tentu banyak sekali kelirunya. Jadi jangan keras kepala, menganggap diri kita selalu benar. Inilah awal kehancuran.
Rasul menjamin kepada orang-orang yang selalu mohon ampun kepada Allah, akan dibukakan jalan keluar dalam setiap masalah. Mengakui akan kekeliruan adalah bukti bahwa kita rendah hati. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang sukses selalu memiliki sikap rendah hati.

i-5 : ihsan, Ilmu Menghadirkan
Secara sederhana ihsan adalah ilmu “menghadirkan”. Menghadirkan Allah dalam setiap amal perbuatan kita. Beribadahlah seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika kamu tidak mampu melihatNya, yakinlah bahwa Allah melihatmu. Ini yang saya sebut ilmu menghadirkan. Waktu kita masih kecil, kita sering diberi pengertian tentang roqib-atid, malaikat yang mencatat amal baik dan amal buruk. Yang terbayang di kita adalah catatan seperti buku. Apalagi kalau kita membayangkan malaikat mencatatnya seperti kita mencatat. Pasti banyak yang ketinggalan. Tapi sekarang, dengan kemajuan teknologi, lihatlah audio-visual. Paradigma kita tentang catatan akan berubah. Kita menjadi yakin, tidak mungkin ada yang tertinggal. Gambar dan suara akan tercatat dengan sangat rapi, dan tak ada sedetikpun yang bakal terlewat.
Ihsan ini, dalam kehidupan sehari-hari, bisa menjadi “tawasul” (jalan) memohon pertolongan kepada Allah. Anda pasti sudah mendengar cerita 3 pemuda yang terperangkap di gua yang tertutup batu. Bagaimana ketiga pemuda itu mendapat pertolongan Allah? Mereka menyeru kepada Allah dengan amal-amal mereka. Amal kebaikan mereka (ihsan), digunakan sebagai jalan untuk mendapat pertolongan Allah. Secara sederhana, dapat kita analogikan dengan tabungan. Kita bisa menarik tabungan dari rekening kita. Seringnya kita tidak punya tabungan, tapi mau menarik uang. Kita ingin dapat syafaat nabi, tapi tidak pernah sholawat.
Ingin mendapat pertolongan Allah? Lihat diri anda ketika sendirian, tidak ada orang lain yang melihat. Dan saat itu anda sedang digoda, mungkin perempuan cantik, atau apapun bentuk kemaksiatan yang lain. Apakah anda mampu melawan godaan itu seperti nabi Yusuf? Kalau anda diberi kemampuan oleh Allah untuk tidak tergoda, bersyukurlah, insya Allah anda ihsan. Mintalah pertolongan Allah dengan ihsan anda. Pernah penulis mampu melewati godaan semacam itu. Kenapa saya bisa kuat? Karena kebetulan, wanita yang menggoda, menurut saya ketika itu tidak terlalu cantik..he..he.. maaf, ini bukan ihsan. Jadi tidak bisa dijadikan tawasul.
Inti dari ihsan adalah, anda beramal sebanyak-banyaknya, sebagai tabungan, dan ketika anda menghadapi persoalan, anda bebas menentukan pilihan, menarik tabungan anda, atau melewati dengan mengharap tabungan akhirat. Tentu saja amal yang disertai dengan ikhlas.

i-6 : istiqomah, Kepastian Akan Kemenangan
Istiqomah adalah orang yang selalu konsisten, membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Istiqomah adalah pertambahan, peningkatan yang terus menerus. Tuhan sangat mencintai segala amal, walaupun kecil tapi dilakukan dengan istiqomah. Sebagian besar usaha kita menyelesaikan masalah menjadi gagal, karena kita belum bisa istiqomah. Kalau lagi mood (baca: rajin), kita bekerja atau beribadah luar biasa. Kita “ngamuk” sholat tahajjud semalam suntuk. Tapi hanya 1 atau 2 malam. Giliran doa kita belum terjawab, atau ikhtiar belum membuahkan hasil, kita langsung berhenti total. Kita baru bisa istiqomah khusus pada ibadah yang satu itu. Bagi yang sudah menikah, itu lho hubungan suami istri.... he..he.. Ada lagi yang lain, ini bukan ibadah, tapi kita istiqomah banget, “nonton sinetron”. Ibadah yang lain, kita banyak bolongnya. Usaha apapun, kita cenderung tidak fokus, tidak gigih. Kita terkenal dengan malasnya, “ngaretnya” dan sama sekali tidak menghargai waktu. Penulis pernah bekerja di perusahaan Jepang, mereka “menghina” kita dengan mengatakan, “silahkan orang Indonesia pindah ke Jepang, bawa seluruh barang-barang yang dimiliki, dan orang Jepang pindah ke Indonesia, pakai celana kolor saja, maka dalam waktu kurang dari 5 tahun, Indonesia akan lebih maju dari Jepang”. Itulah wajah kita.
Lihatlah para sahabat. Bilal r.a, sahabat rasul yang berkulit hitam itu, terompahnya terdengar di surga, karena istiqomah sholat syukrul wudhu. Hanya 2 rakaat, tapi istiqomah. Kadang istiqomah adalah amal yang tidak perlu spektakuler, tapi konsisten. Syukur kalau kita bisa melakukan hal besar dan istiqomah, itu pasti sangat baik. Minimal kita melakukan hal-hal kecil, dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang, tapi istiqomah, begitu kata Aa Gym.
Sebenarnya inti agama setelah iman ya istiqomah, kemudian ihsan dan ikhlas. Nanti saya akan bahas tentang ikhlas setelah i yang ke enam, yaitu ihsan.

i-7: Ikhlas, Kesuksesan Tak Tertandingi
Ikhlas adalah amal yang disertai pamrih. Eit.. nanti dulu, pamrihnya hanya kepada Allah. Dan pamrihnya juga sebaiknya bukan karena ancaman neraka atau pahala syurga. Pamrihnya adalah ridha Ilahi. Ridha Ilahi dasarnya adalah cinta. Inilah ikhlas. Biar agak mudah memahami ikhlas, ijinkan saya membuat perumpamaan. Walaupun tidak persis, minimal mendekati. Ikhlas adalah seperti istri yang mengabdi kepada suami, bukan karena takut dipukul, atau tidak diberi uang belanja, tapi ia mengabdi dan melayani suami, karena rasa cinta.
Ikhlas adalah ketika ilmu yang terus menerus kita dapatkan, kita amalkan dengan penuh keimanan, dengan ikhtiar maksimal dan istighfar yang sungguh-sungguh, kemudian dengan lapang dada kita terima dengan rasa syukur dan suka cita, apapun yang menjadi ketentuan Allah.
Ada yang mengatakan, semua orang akan celaka, kecuali yang berilmu, semua yang berilmu akan celaka kecuali yang diamalkan dengan penuh keimanan, dan semua yang beramal (ihsan) akan merugi, kecuali yang itiqomah, dan semua yang istiqomah akan menyesal, kecuali yang ikhlas.
Meminjam istilah Gede Prama, tidak ada satupun persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan keikhlasan di hadapan Tuhan. Dalam relung-relung hati yang paling dalam, semua persoalan akan terjawab dengan titik tertinggi ikhlas.
Maaf, ikhlas tidak bisa distimulus dengan musik, ataupun suara-suara yang didesign sedemikian rupa, seolah-olah batin kita tenang dan kemudian timbul rasa ikhlas. Ikhlas hanya bisa distimulus dengan Al Quran, Sunnah Rasul dan penerapan yang istiqomah.
Ijinkalah saya berbagi dengan cerita inspiratif berikut ini :
Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi... dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya :
"Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?" Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terima kasih ..., Ibu".
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata Ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak.
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya "Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah ?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!" "Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu... ""Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga". "Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?" "Ayah, Ayah tahu kan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?". "Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu." "Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.." Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya..."Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?" Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya "Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa" Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan rusak, walaupun terkena air" Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.
Demikian pula halnya dengan ALLAH. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa: Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan (memberikan kepada orang yang membutuhkan), baik itu berupa harta ataupun orang yang kita kasihi (kematian).
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita HARUS yakin tidak akan ALLAH mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Bila anda sedang menghadapi masalah berat, cobalah kombinasi formula 3s-7i. Dalam Bab-bab berikutnya saya akan coba aplikasikan lebih intens. Selamat meneruskan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar