Jumat, Januari 02, 2009

Pendahuluan


Anda pasti mengenal film kartun Doraemon yang sangat digemari anak-anak, bahkan sampai orang dewasa. Konon mantan Menteri Pendidikan juga menyukai film ini. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Doraemon adalah seekor kucing milik dari seorang anak bernama Nobita. Nobita memiliki banyak sekali keinginan, dan tentu saja hal ini menyebabkan ia mempunyai banyak sekali masalah. Beruntung Nobita, Doraemon memiliki kantung ajaib yang bisa mengeluarkan apa saja yang diinginkan Nobita. Pada awalnya Nobita meminta tolong kepada Doraemon untuk hal-hal yang sangat mendesak, tetapi lambat laun Nobita memanfaatkan Doraemon dan kantung ajaibnya, untuk sekedar pamer ke teman-temannya dan memuaskan segala keinginannya. Dan akhir cerita sudah bisa ditebak, Nobita malah mendapatkan masalah baru yang jauh lebih besar.
Kita kadang tidak berbeda jauh dengan Nobita. Banyak keinginan, sehingga menimbulkan banyak sekali masalah, yang kadang-kadang malah menyeret orang lain jadi bermasalah. Sementara itu, kita tidak punya kantung ajaib seperti Doraemon.
Sumber masalah memang dari banyaknya keinginan yang tidak ada habis-habisnya (baca: tidak ada syukurnya). Buku ini akan menjawab, khususnya bagi yang sedang menghadapi masalah, bagaimana jurus sakti menyelesaikan masalah, tanpa menimbulkan masalah baru. Meminjam istilah pegadaian, ”Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Walaupun slogan pegadaian ini sebenarnya lebih cocok untuk sisi kantor pegadaiannya, bukan sisi orang yang menggadaikan; yang tanpa masalah adalah kantor pegadaiannya, orang yang menggadaikan barang, tetap bermasalah. Tapi mohon maaf, ini bukan pegadaian.
Kembali pada judul buku ini, dalam bab-bab selanjutnya, saya akan berbagi dengan para pembaca jurus demi jurus untuk menjawab berbagai masalah yang mungkin sedang anda hadapi. Tidak seajaib kantung Doraemon memang, tapi bila anda berkenan menerapkannya dengan sungguh-sungguh, saya yakin akan menjadi bagian dari solusi, minimal menjadi inspirasi baru untuk menemukan jalan keluar.
Setiap individu menghadapi masalah yang berbeda-beda. Penyebabnya pun sangat beragam. Ada masalah yang timbul karena diri sendiri, mungkin karena kurangnya ke hati-hatian kita, atau karena kita belum mengerti, mungkin juga karena kurangnya pengendalian diri, atau keinginan yang sulit dibendung dan kurangnya kesadaran.
Masalah juga dapat disebabkan karena pengaruh faktor luar, misalnya lingkungan pergaulan, lingkungan kerja, orang tua, guru, pengaruh media, pendidikan atau karena bencana alam. Satu hal yang harus kita sadari adalah apapun penyebabnya, masalah harus kita hadapi, harus kita sikapi sebagai hukum yang pasti berlaku pada setiap individu. Hal terpenting adalah bagaimana sikap kita menghadapi masalah, itulah yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Sikap kita sangat menentukan keberhasilan kita menghadapi masalah.
Dalam setiap Pelatihan (penulis juga seorang trainer), selalu diawali dengan pertanyaan, “adakah diantara Bapak dan Ibu, yang dari lahir tidak punya masalah?” “silahkan tunjuk jari!!”. Dan suasana ruangpun hening, tanda bahwa tak satupun dari mereka yang lepas dari masalah.
Betapa banyak masalah (sebenarnya saya lebih cenderung menggunakan kata: ujian). Ia mendatangi siapapun di dunia ini. Kaya-miskin, besar-kecil, pejabat atau rakyat biasa, petani, pedagang, pegawai, kyai, da'i, jaksa, anggota dewan dan sebagainya. Siapapun kita, pasti pernah mengalami yang namanya ujian kehidupan.
Yang kaya diuji untuk terus mengumpulkan kekayaan tanpa rasa puas. Yang miskin diuji untuk putus asa, merasa diri paling menderita dan kemudian bunuh diri. Yang belum rajin beribadah, diuji untuk selalu malas. Yang sudah rajin beribadah, diuji untuk pamer, riya’, merasa bersih dan ujub (kagum pada diri sendiri). Yang pegawai negeri, digoda untuk mempersulit birokrasi, memungut pungli. Yang Jaksa diuji dengan iming-iming suap yang sangat menggiurkan. Demikian juga anggota dewan.
Saya tidak perlu memberikan contoh satu persatu. Betapa banyak Jaksa, Anggota Dewan, dan Pejabat Bank yang sudah menjadi “pesakitan” karena ujian. Para Kyai dan Ulama-pun tidak lepas dari ujian. Bahkan kadang lebih berat. Konon yang menggoda para Kiyai adalah “jenderalnya syaithan”. Artinya, makin tinggi kualitas iman, biasanya ujian semakin besar. Dalam peribahasa populer, “makin tinggi pohon, makin kencang angin yang menerpa”. Anak-anak Sekolah Dasar, tidak akan diberi ujian setingkat SMA.
Masalah (baca:ujian) memang bisa datang setiap waktu. Para ahli hikmah bahkan mengatakan bahwa ujian adalah sarana yang digunakan Tuhan untuk mengetahui sampai dimana kualitas ruhani kita, sekaligus wujud kasih sayangNya. Ia datang untuk mengungkap siapa diri kita yang sebenarnya. Ia datang sebagai wujud penghormatan kepada diri kita. Penulis sangat bersyukur, di usia seperti sekarang ini, Tuhan telah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa, kekayaan pengalaman dan sampai sekarangpun masih terus diuji. Dalam beberapa peristiwa, penulis sudah membayar sangat mahal akibat beberapa ujian, untuk itu penulis sangat bersemangat untuk merenung, belajar dan berlatih, bagaimana agar kita mampu menghadapi ujian.
Dalam perenungan yang lebih dalam, ternyata ujian hanya mampu dihadapi dengan kesadaran. Kesadaran bahwa dunia ini adalah ujian. Kesadaran bahwa kita dalam perjalanan, dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Orang yang menyadari bahwa dirinya sedang dalam perjalanan, tidak akan terlena dan akan fokus pada tujuan.
Membangun kesadaran yang terus menerus, memang memerlukan latihan dan waktu. Tentang kesadaran, saya akan membahasnya lebih dalam pada pembahasan berikutnya. Yang penting sekarang disadari adalah bahwa anda selalu akan bertemu dengan yang namanya “ujian”. Kesadaran ini akan menuntun anda untuk menghadapi dan mengalahkan ujian.
Sebagian besar orang tidak cukup kuat menghadapi masalah, karena mereka menyangka bahwa kalau kita tidak punya masalah, kita akan bebahagia. Kalau demikian, ini cara pandang yang keliru. Karena di mana ada kehidupan, disitu pasti ada permasalahan. Namun sadarkah kita bahwa di balik setiap masalah terkandung suatu peluang emas dan kesempatan yang luar biasa untuk maju dan sukses? Sadarkah kita bahwa 1 (satu) kesulitan ternyata diapit 2 (dua) kemudahan?
Norman V. Peale membuat kata-kata bijak yang patut kita renungkan. Dalam bukunya “You Can If You Think You Can”, ia mengatakan : “Apabila Tuhan ingin menghadiahkan sesuatu yang berharga, bagaimanakah Ia memberikannya kepada kita? Apakah Ia menyampaikan dalam bentuk kiriman yang indah dalam nampan perak? Tidak! Justru sebaliknya, Tuhan membungkusnya dalam suatu masalah yang pelik, lalu melihat dari jauh, apakah kita sanggup membuka bungkusnya yang ruwet itu dan menemukan isinya yang sangat berharga, bagaikan sebutir mutiara yang mahal harganya yang tersebunyi dalam kulit kerang”.
Sikap kita yang pertama dan utama, apabila kita sedang menghadapi masalah adalah menyadari bahwa masalah adalah sebuah sarana untuk membuat kita lebih dewasa, membuat kita lebih bijaksana, dan lebih mengerti akan kehidupan ini. Masalah juga merupakan karunia dari Tuhan, sebagai sebuah “pekerjaan” dan “tantangan” sebagai wujud kepercayaan Tuhan akan kualitas ruhani kita.
Dalam buku ini, seluruh jurus sudah teruji, karena sudah pernah diaplikasikan dalam berbagai kegiatan training, juga telah diterapkan pada komunitas orang-orang yang berfikir dan bertindak positif atau lebih dikenal dengan sebutan PTAC (Positive Thinking and Action Community), dan tentu saja oleh penulis sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar